Di tengah kepungan mall, supermarket, dan pasar modern lainnya, ternyata pasar tradisional masih berusaha bernafas. Dengan kekhasan tersendiri, yakni relasi antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional menempati ruang tersendiri di hati para konsumennya dengan keramah-tamahan yang khas. Yang otentik, tanpa dibuat-buat.
Dalam pasar tradisional pertemuan penjual-pembeli bukan hanya tindakan memenuhi kebutuhan dalam term ekonomis. Lebih dari itu, aktivitas pasar ini, selain memenuhi kebutuhan adalah tindakan sosial. Yaitu berlangsungnya interaksi antara penjual dan pembeli. Di pasar pula akan terlihat, bahwa manusia adalah homo socius, makhluk yang tak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Di sini terlihat pasar bukan hanya institusi pengeruk keuntungan, tapi juga bermakna sosial.
Hubungan personal antara penjual dan pembeli di pasar tradisional yang karib, memberi kemudahan tersendiri. Pembeli tak perlu lagi takut harga yang dipatok terlalu mahal, atau ditipu soal kualitas barang. Dalam pasar tradisional inilah, kejujuran diutamakan. Dengan kearifannya sendiri, mereka berkeyakinan, “biar untung sedikit, penting ajeg”. Ke-ajeg-an atau sustainable (keberlanjutan) membuat mereka bertahan di tengah gerusan pasar modern kapitalistik.
Berbagai barang di pasar tradisional pun bukan hanya monopoli satu orang. Penjual satu masih bisa berbagi dengan penjual lain, meski dengan jenis dagangan sama. Hal inilah yang tidak kita temukan di supermarket atau mall, di mana semua barang, walaupun berbeda jenis, adalah milik satu orang. Di pasar tradisional kita menemukan prinsip keadilan ekonomi.
Meskipun pasar tradisional memiliki banyak keunggulan, kadang pemerintah lalai tugasnya. Ambil contoh paling kecil, misal kebersihan dan ketertiban, masih jarang diperhatikan pemerintah. Pasar tradisional selalu ditempelkan dengan kesan kumuh, kotor, semrawut, tidak aman, dan sebagainya. Kondisi tersebut tak jarang membuat masyarakat malas berbelanja di pasar tradisional. Selain itu, regulasi pasar yang lebih membela kepentingan pemodal dari pada pasar tradisional, secara tidak langsung adalah “penggusuran” terhadap pasar tradisional.
Pasar tradisional masih butuh banyak pembenahan dalam rangka pemerataan ekonomi. Pembelaan terhadap masyarakat bawah yang modalnya tidak terlalu besar dan pasar tradisional yang mulai dikepung mall dan supermarket. Serta mempertahankan kearifan masyarakat: karibnya relasi sosial antar anggota masyarakat.
No comments:
Post a Comment
tinggalkan pesan di sini